Wisatawan mengerubuti lukisan Monalisa di Museum Louvre (Ari Saputra/detikTravel)
Paris - Bila berkesempatan ke negara-negara Eropa, maka salah
satu menu utama yakni mengunjungi museum. Museum mereka selalu ramai
pengunjung dan dipenuhi koleksi unik. Namun, memotret museum tidak bisa
sembarangan.
Sebagian besar museum membolehkan pengunjung museum
menggunakan kamera. Namun, banyak melarang menggunakan tripod dan lampu
kilat (blitz) saat memotret, yang dapat merusak koleksi museum.
Bayangkan saja seandainya lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci
dihujani ribuan blitz setiap hari. Pasti lukisan itu bisa rusak.
Memotret
di dalam museum memiliki sejumlah tantangan. Tantangan itu antara lain
kondisi minim cahaya, lampu bohlam kekuningan yang bisa mengganggu
cahaya, cahaya lampu yang berbeda tingkat keterangannya atau cahaya
matahari yang menerobos masuk dari jendela.
Belum lagi, kondisi
museum yang ramai pengunjung atau bentuk ruangan museum yang menyulitkan
untuk memotret. Sisanya adalah fasad museum yang juga menarik, namun
membutuhkan setting yang berbeda untuk kamera memotret indoor di dalam
museum. Dari pengalaman detikTravel menjelajah Eropa beberapa waktu
lalu, inilah 8 jurus sakti memotret di dalam museum di Eropa:
1. Siapkan lensa dengan diafragma lebar
Persiapkan
lensa dengan diafragma lebar setidaknya hingga f/2,8. Kalau tidak
memiliki, bisa pinjam teman atau sewa berbayar. Kalau diafragma terbesar
hanya pada f/3,5 maka siap-siap membesarkan bilangan ISO hingga di atas
2.500.
2. Siapkan lensa lebar
Persiapkan
lensa lebar untuk mengantisipasi ruangan sempit sekaligus ruangan
sangat luas. Lensa lebar akan mampu menjangkau ruangan sempit karena
daya jangkaunya yang luas, sehingga saat memotret tidak perlu
mundur-mundur dan kepentok dinding. Sementara saat memotret dengan
ruangan sangat luas, dapat terekam seluruh suasana hingga ke sudut-sudut
ruang.
3. Siapkan lensa normal
Siapkan
lensa normal seperti 50mm untuk memotret detil dan koleksi museum. Akan
sangat beruntung bila mempunyai lensa dengan rentang lebar hingga normal
sekaligus dan mempunyai diafragma besar. Misalkan lensa 24-70 dengan
f/2,8 dan dipergunakan pada kamera full frame.
Kalaupun enggan
berganti-ganti lensa atau tertinggal di hotel, mengcroping dari lensa
lebar untuk memperoleh detil tidak masalah. Hanya saja, pastikan subjek
yang akan dicroping mempunyai ketajaman yang relevan.
4. Setting ISO kamera sesuai kondisi ruangan
Setting
kamera pada ISO yang sesuai dengan kondisi ruangan. Biasanya ISO diset
diatas 2.000 untuk kondisi ruangan seperti ballroom di hotel-hotel.
Jangan bosan dan lupa untuk menggonta-ganti ISO saat terjadi perbedaan
intensitas cahaya antar ruangan. Bisa juga menggunakan ISO Auto, namun
taste gambar yang dihasilkan akan berbeda dari yang manual.
5. Sebisa mungkin, gunakan White Balance manual
Sebisa
mungkin menggunakan WhiteBalance (WB) secara manual yakni Kelvin. Dalam
derajat Kelvin, biasanya akan dimulai dengan angka paling kecil yakni
2.500 dan terbesar 12.000. Angka terkecil untuk menyiasati suhu warna
yang dingin (biru), sementara paling besar untuk suhu warna terpanas
(merah).
Kalau dipusingkan dengan hitung-hitungan ini karena
belum terbiasa, dapat dipergunakan WB auto. Namun itu juga belum
menjamin warna menjadi natural. Karena itu masih terdapat fasilitas WB
yang lain seperti tungsten yang memungkinkan warna gambar semakin
natural.
6. Speed tidak terlalu lambat
Pada
foto-foto detil koleksi museum pastikan speed tidak terlampau lambat
supaya detil tidak shake, misalkan speed lebih dari 1/160. Namun kalau
sudah terbiasa, kecepatan 1/60 pun gambar tidak shake.
7. Jangan sungkan dengan continues shoot
Continues
shoot atau jepretan berturut-turut dapat mengantisipasi kemungkinan
shake, speed lambat dan melawan low light. Misalkan menggunakan
continues shoot 3 frame/second, biasanya dari 3 frame akan dihasilkan
setidaknya satu frame dengan hasil maksimal.
8. Sabar
Memotret
museum benar-benar menguji kesabaran baik secara teknis maupun non
teknis. Misalkan hendak memotret dengan frame yang bersih dari para
pengunjung, maka perlu menunggu momen hingga suasana sepi. Giliran akan
memotret suasana ramai, eh ada satu dua orang yang justru merusak frame
seperti sedang merem atau keliatan melengos.
Kesabaran dan
ketekunan menjadikan foto-foto museum semakin hidup. Termasuk bila
hendak membuat slow speed, maka kesabaran menghasilkan gambar tidak
goyang juga dituntut. Jadilah kesabaran ini akan terasa pada taste foto
yang dihasilkan: apakah foto dihasilkan dengan terburu-buru ataukah
benar-benar memotret dengan hati.
0 komentar:
Posting Komentar